Digital Public Service Content: Peluang dan Tantangannya di Indonesia

Daftar di formulir pendaftaran tautan berikut atau ketik ini http://bit.ly/daftardiskusi3 di browser.

Kehadiran teknologi digital berbasis internet telah mendistrupsi semua aspek kehidupan manusia, termasuk media massa. Dalam lima tahun terakhir, kekuatan media massa arus utama (mainstream) mengalami pelemahan secara signifikan. Meskipun semua penerbitan media massa cetak tidak mau menginformasikan jumlah oplahnya, tetapi melihat  semakin sedikitnya jumlah halaman dan kian sempitnya ruang iklan membuktikan bahwa kondisi mereka sedang diambang kebangkrutan. Begitu juga media arus utama radio dan televisi menghadapi masalah yang sama, yakni semakin ditinggalkan khalayaknya yang kini lebih tertarik pada media YouTube.  

Pada sisi lain, pengelola media cetak dan elektronik tetap bergeming pada posisi sekarang dan terlihat belum sungguh-sungguh berhasrat melakukan transpormasi ke dunia digital yang sifatnya audio visual. Saat ini produk audio visual dalam ruang digital masih ditempatkan hanya sebagai pelengkap dari produk konvensionalnya. Akibatnya, generasi mileneal yang kini diperkirakan sudah mencapai 85 juta jiwa mulai meninggalkan media-media arus utama karena tidak lagi sesuai dengan kebiasaan mereka bermedia dan memburu karya-karya audio visual yang dapat diakses secara online.

Berhubung media-media arus utama belum secara total menggarap konsumsi generasi milenial, akhirnya kesempatan itu dimanfaatkan oleh para kreator dengan membuat produk-produk audio visual yang dapat diakses secara online. Para pengusaha konten (content provider) tersebut ada yang sifatnya individu sehingga kontnuitasnya kurang dapat diandalkan, tetapi ada juga yang sudah terlembagakan dengan baik dan karya-karyanya memiliki pengaruh besar. Sexy Killers karya Watchdoc Image adalah contoh hasil karya content provider yang sangat fenomenal. Sampai hari ini sudah lebih dari 26 juta orang menonton Sexy Killers   melalui YouTube dan jumlah subscribernya mencapai 455 ribu orang.  Namun, jumlah content provider yang dapat bekerja secara kontinyu tidak banyak karena berbagai faktor.

Uraian singkat tersebut di atas memberikan pesan kepada kita bahwa menjadi content provider di Indonesia kini sangat terbuka peluangnya. Dengan jumlah pengguna internet yang sudah mencapai 150 juta, peluang garapannya sungguh tergolong besar. Akan tetapi, untuk menjadii content provider yang kuat membutuhkan dukungan dana, sarana, prasarana, dan sumber daya manusia (SDM) yang profesional. Di pihak lain, karena ini merupakan usaha yang relatif baru, margin keuntungannya belum dapat diperhitungkan secara pasti. Akibatnya belum banyak pihak yang mau fokus ke sana, padahal permintaan kebutuhan sebenarnya sangat tinggi.

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, dipandang perlu untuk mengelaborasi pemikiran mengenai peluang dan tantangan dalam penyelenggaraan Digital Public Services Content di Indonesia dengan melibatkan berbagai pihak.     

Lokasi diskusi Diskominfo Coworking Space Jl Brigjen Katamso, Yogyakarta (selatan purawisata/ bersamaan dengan KID DIY)

Lebih Lengkap, unduh TOR di sini

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.