TVRI dan Program Fact-Checking

Layanan konten siaran yang bersifat edukatif dan sudah sejak tahun 2010 populer pada lembaga penyiaran publik di berbagai belahan dunia, akhir tahun 2018 sudah mulai diadopsi lembaga penyiaran publik di Indonesia, khususnya TVRI. Namanya VERIFIKASI VIRAL. Bagi yang belum mengikuti tayangan ini, silahkan periksa informasi awalnya disini: https://www.instagram.com/p/BuVbX04AEQZ/?hl=de

Program yang secara generik dikenal sebagai fact-checking ini sangat relevan untuk publik ditengah serbuan disinformasi, hoaxes dan misinformasi yang beredar tidak hanya di media sosial tetapi juga media arus utama analog seperti portal berita online, radio dan televisi komersial. Dengan memiliki program ini, TVRI telah menunjukkan komitmen melawan hoax secara lebih praktis (dalam bentuk tayangan yang terstruktur), tidak hanya retoris-deklamatis (biasanya lewat iklan layanan atau statement himbauan dari pejabat terkait semata).

Sembari mengucapkan selamat dan terima kasih kepada TVRI, kita tentu masih harus menunggu bagaimana daya tahan manajemen TVRI untuk mengembangkan acara ini, dan dalam waktu dekat TVRI harus mencoba ‘naik kelas’ dengan mengembangkan sendiri tim jurnalis pemburu hoaxes, tidak sekedar bermitra dengan MAFINDO atau lembaga lain. Agar tayangan yang sudah on-air tidak ‘hangus’, kita juga berharap agar tim medsos TVRI rajin men-share paket Verifikasi Viral.

Seperti yang dilakukan lembaga penyiaran publik BBC di Inggris (Reality Check: https://www.bbc.com/news/topics/cp7r8vgl2rgt/reality-check) atau ARD di Jerman (faktencheck: https://www.daserste.de/information/talk/maischberger/faktencheck/index.html), dengan dukungan dana dan SDM yang cukup besar, LPP seharusnya tidak hanya menjadi hub/ruang diskusi dimana pengisinya justru lembaga nirlaba atau lembaga pemeriksa fakta eksternal di luar TVRI. Malu.

Oh ya, kita sebagai publik pembayar pajak tentunya juga masih perlu bersedih, karena saudara tua TVRI, yaitu RRI belum melakukan langkah serupa. Jika diperiksa di website rri.co.id, lembaga radio tertua ini hanya menyediakan link ke situs pemeriksa fakta lain, bukan RRI sendiri.

Tanpa mengurangi apresiasi atas inisiatif yang baik untuk ikutserta fact-checking, media penyiaran publik kita agaknya masih suka berada di ‘zona nyaman’: yang penting ada acaranya dulu lah. Alias, tidak mencoba menunjukkan kelasnya sebagai LPP dengan memproduksi sendiri fack-checking secara paripurna, tidak merasa malu, kalah dengan lembaga nirlaba milik masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.