Sekilas Mengenal Program dan Programa TVRI Medan

Seri Penyiaran Publik[1]
Oleh, Gde Dharma Gita D[2]
TVRI Medan merupakan lembaga penyiaran publik yang didirikan pada tanggal 28 Agustus 1970 dan beralamat di Jl Putri Hijau, Medan. Hingga saat ini jumlah SDM yang bekerja di dalamnya kurang lebih sebanyak 228 orang, yang terdiri dari 182 orang PNS, 30 orang CPNS, 16 orang bukan PNS. Stasiun ini memiliki dua programa, yaitu nasional dan lokal. Programa nasional dimulai dari pagi hingga tengah malam, sedangkan programa lokal hanya berdurasi empat jam, yaitu pukul 15.00 s.d. 19.00 WIB. Dari kedua programa tersebut, program siaran lebih didominasi berita, kemudian berturut turut pendidikan dan hiburan, dengan prosentase 50% siaran informasi/berita, 30% siaran pendidikan, dan 20% siaran hiburan. Berikut merupakan pola siaran dari TVRI Medan:
 SUmut
Secara keseluruhan program siaran TVRI Medan sudah relevan dengan kondisi lingkungan sosial budaya sekitarnya dan memenuhi target audiens, yaitu seluruh lapisan masyarakat Sumatera Utara. Untuk dapat mengakses siarannya, publik dapat menggunakan akses digital (kanal 28) dengan menggunakan Set Top Box DVB-T2 atau pesawat digital yang dilengkapi Tuner DVB-T2, sedangkan akses terestrial berada pada kanal 50 UHF
Untuk menjaga kualitas, program siaran dilakukan sesuai dengan SOP. Selain itu ada beberapa pedoman kerja yang diikuti oleh TVRI Medan. Beberapa pedoman tersebut diantaranya adalah mengenai standar naskah siaran, pedoman siaran baik dari TVRI Pusat maupun dari TVRI Medan sendiri, dan panduan produser (producer guideline). Adapun kewajiban lain sesuai dengan SOP yang berlaku, yaitu adanya evaluasi program. Program siaran dievaluasi berdasarkan kebutuhan. Evaluasi dilaksanakan melalui rapat pimpinan (setiap Senin, dan rapat bidang/seksi setiap Selasa) maupun setiap bulan oleh Bidang program, mengingat jumlah minggu yang tidak sama pada tiap bulannya. Untuk evaluasi program secara khusus dilaksanakan pada bagian program, maupun on the spot evaluation melalui kru siaran atau reporter yang terjun ke lapangan. Evaluasi yang tidak terjadwal ini yang kemudian sering menyebabkan kebingungan pada lini pelaksana program, karena jadwal acara berubah-ubah.
Mengenai kepuasan kahalayak, selama ini belum pernah dilakukan pengukuran. Dalam menentukan program siaran juga tidak dilakukan riset, tetapi hanya berdasarkan pada prediksi mengenai isu yang sedang hangat. Adapun permasalahan lain, yaitu publik tidak dapat dengan leluasa menyampaikan kritik atau aspirasinya. Hal ini kemudian dapat berakibat pada kurangnya ikatan sosial antara lembaga TVRI Medan dengan publik di sekitar.
Terkait dengan orientasi pada kepentingann publik, secara garis besar TVRI Medan cenderung mengangkat isu isu yang berkaitan dengan kepentingan publik. hal ini diperoleh dengan melakukan analisis dari beberapa sampel berita. Program siaran beritanya pun lebih banyak menyerap peristiwa peristiwa aktual yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Memang ada acara current affair yang teragenda, tetapi jumlahnya relatif lebih sedikit. Adapun untuk narasumber siaran, khususnya dialog interaktif TVRI Medan cukup banyak menampilkan narasumber dari pelbagai kalangan untuk menyerap lebih banyak sudut pandang seperti akademisi, lembaga pemerintah, masyarakat sipil, pemerhati, pelaku usaha, dsb. Walaupun demikian sesungguhnya masih terdapat hal yang belum diperhatikan  oleh TVRI Medan, yaitu kurangnya perhatian terhadap isu kelompok minoritas. Sebagai contoh TVRI Medan hanya memberikan ruang bagi kelompok agama yang diakui negara, sedangkan untuk mengangkat kebudayaan adat batak setempat yang beragam masih sangat kurang.
[1] Tulisan ini dibuat berdasarkan Laporan Penelitian Tim Rumah Perubahan Anang Hermawan, Juni 2015
[2] Mahasiswa Universitas Indonesia Program Studi Kriminologi yang sedang menjalankan magang di Rumah Perubahan Lembaga Penyiaran Publik.

One comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.