Menuju LPPL Berkualitas dengan Semangat Kepublikan

Porsi paling utama dari konten-konten LPPL (Lembaga Penyiaran Publik Lokal) di Indonesia seharusnya adalah kepentingan publik. Apapun mediumnya, siapapun broadcasternya, apapun teknologinya, publik adalah orientasi LPPL. Kunci menjadikan publik sebagai tujuan utama harus menjadi semangat baru LPPL. Sudah bukan saatnya lagi LPPL menengok ke belakang, ke era LPPL menjadi Radio Siaran Pemerintah Daerah.

“LPPL ada untuk memenuhi kebutuhan informasinya publik,” kata Darmanto, Manajer Program Rumah Perubahan LPP (RPLPP) RI, pada pelatihan peningkatan kapasitas LPPL di Indonesia, 13-15 Juni 2022, di Solo. Masduki, salah satu Dewan Pendiri RPLPP, yang juga hadir sebagai mentor dalam kesempatan tersebut, juga menekankan bahwa di era digital saat ini harus mulai menyadari bahwa LPPL bertanggungjawab pada publik sebagai pembayar pajak yang dana tersebut menjadikan LPPL bisa hidup. “Karena pajak dari publik, sebaliknya LPPL harus memberikan konten yang berkualitas sebagai timbal balik.”

Bambang Muryanto, Ketua Rumah Perubahan LPP yang juga mentor kali itu, mengajak agar setiap broadcaster LPPL teguh memegang prinsip verifikasi dalam membuat konten jurnalistik. Terutama dalam menjalankan konsep jurnalisme sensitif konflik. Selain jurnalisme sensitif konflik, materi lain yang disampaikan dalam pelatihan ini adalah jurnalisme investigasi bersama Shinta Maharani, pegiat RPLPP sekaligus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, dan materi refleksi dan produksi program siaran bersama Darmanto.

Bila Muryanto mengampu materi Jurnalisme Sensitif Konflik, Shinta mengajak para peserta memahami pentingnya jurnalisme investigasi dan perbedaannya dengan peliputan mendalam. Keduanya adalah cara jurnalis LPPL agar dapat menyajikan konten berkualitas untuk konstituennya yaitu publik.

Sedangkan Pambudi, pegiat sekaligus peneliti RPLPP yang juga adalah salah satu mentor, menyampaikan hasil survei singkat pada 53 peserta dari 29 LPPL yang hadir. Salah satu hasilnya adalah tiga problem terbesar yang dialami responden LPPL di Indonesia adalah masalah SDM, Keuangan, dan Infrastruktur.

Ke depan, para peserta dari LPPL di seluruh Indonesia, ini yang tergabung dalam Persada (persatuan TV dan Radio publik daerah), berkomitmen untuk menyajikan konten-kontennya dengan semangat kepublikan. “Nilai-nilai universalitas, diversity, accountability, harus menjadi semangat kepublikan dalam penyajian konten di LPPL,” kata Darmanto pada para peserta di sesi akhir.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.